Setiap Tempat Adalah Panggung, dan.....


Anda pernah mendengar pertunjukan drama “metateater”?

Sabtu (19/12/2015) malam, Sabtu (19/12/2015) malam, bertempat di Markas Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (Jaker) di jalan Sawo Kecik Raya No 2A, Bukit Duri, Jakarta Selatan, Suharyoto Sastrosuwignyo menampilkan metateater.

Berbeda dengan teater pada umumnya, metateater tidak dikurung oleh bentuk panggung formal. Panggungnya adalah alam raya. “Panggung teater saya di mana saja. Di jalanan, angkringan, kampung-kampung, di tengah aksi demostrasi, dan dimana saja. Setiap tempat di alam raya ini adalah panggung,” jelas pria yag akrab disapa Aryo.

Metateater juga tidak terpaku oleh naskah. Begitu juga alur cerita. Semua bisa muncul secara spontan. Aryo menyebutnya sebagai ilham. Seperti malam itu, tiba-tiba saja di menemukan tema sajak berjudul Indomie Telur, setelah nongkrong dan makan Indomie di warung dekat kantor Jaker.

Tidak hanya itu, pertunjukan teater ala Aryo ini juga minim kata-kata. Kadang-kadang hanya gerakan mulut tanpa suara. Kadang hanya dengan gerakan tubuh. Kadang juga dengan lirikan, ekspresi wajah, teriakan, dan lain sebagainya.

“Kadang-kadang sesuatu itu sudah tidak bisa diucapkan dengan kata-kata. Itulah metateater,” ujar pria kelahiran Jogjakarta, 6 Oktober 1967 ini.

Yang menarik, dalam metateater ala Aryo ini, para penonton juga dilibatkan sebagai pemain. “Pernah saya bermain dengan orang gila. Tetapi orang tidak tahu kalau orang itu gila,” tuturnya.

Malam itu, aktivis kebudayaan asal Pekanbaru, Riau itu membacakan dua sajaknya: Orang-Orang Makan Asap dan Indomie Telur. Sajak Orang-Orang Makan Asap mengkritik pedas bencana kabut asap akibat kebakaran hutan di wilayah Sumatera dan Kalimantan.

Orang-orang makan asap/ Anak-anak kecil makan asap/ Gadis-gadis yang baru pertama jatuh cinta pada negerinya makan asap/ Pemuda makan asap/ Orang-orang yang bekerja memembus kabut, menembus asap/ para pemulung makan asap/ pedagang kaki lima makan asap/ polisi di jalanan makan asap/ Orang-orang makan asap/ Orang-orang dimakan asap

Sajak-sajak Aryo memang berbau kritik sosial. Ini tidak terlepas dari aktivitasnya sebagai manusia pergerakan. Selain berkecimpung di Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (Jaker), Aryo juga adalah aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD).

Aryo sendiri mulai berkesenian sejak 1986. Saat itu dia mulai menulis cerpen, cerbung, dan lakon drama. Sebagai seniman cum aktivis pergerakan, Aryo kerap tampil di tengah-tengah aksi protes. Seperti baru-baru ini, ketika ia mementaskan metatetaer untuk menggugat kabut asap yang menyelimuti Indonesia.

Di acara itu, Aryo juga mementaskan metateater berjudul “Riau Punya Cerita”. Di selingi dengan hujan deras yang mengguyur Ibukota malam itu. “Karena malam ini ada kawan-kawan lain juga yang akan tampil, jadi metateater ini saya ambil singkat saja,” ujar Aryo.

Dalam acara tersebut, ada juga pembacaan sajak oleh AJ Susmana, Medi Muamar, Tari Adinda, Tora Kundera, dan Robiantoro Hulopi. Juga penampilan Denix Felle membawakan mop Papua (cerita lucu ala Papua) yang mengocok perut hadirin. Juga diiringi lagu-lagu perjuangan oleh Irfan, Rebel, dan Jack-Lubis.

Sumber Artikel: Berdikari Online

About the Author

Unknown

Author & Editor

Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat

 
JAKER © 2015 - Thanks to Tedi CHO