Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (JAKER) didirikan pada tahun 1993 oleh beberapa pekerja seni dan budaya, salah satunya olehWiji Thukul, sebagai wadah bagi para pekerja seni dan budaya yang mempunyai keberpihakan atas nasib rakyat.
JAKER lahir hasil pergulatan sejarah pada saat krisis ekonomi dan politik yang berdampak secara langsung kepada rakyat dan pekerja seni budaya. Di bawah ancaman represi, muncul kesadaran para pekerja seni dan budaya untuk membangun sebuah wadah perlawanan sambil terus menyuarakan persatuan.
Para pekerja seni dan budaya yang sebenarnya berperan penting dalam pembangunan karakter bangsa lewat misi kebudayaannya ternyata sampai saat ini belum mendapatkan panggungnya di tengah bangsa yang sedang kehilangan jati dirinya. Setelah kemerdekaan di proklamasikan, sampai sekarang cita-cita TRISAKSI, khususnya berkepribadian dalam kebudayaan belum terwujud.
Di usianya yang sudah 23 tahun ini, JAKER menggagas sebuah Konferensi Nasional 2016.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang agenda Konfernas 2016 nanti, Siti Rubaidah dari berdikarionline.com melakukan wawancara dengan Roso Suroso, selaku Ketua Panitia Konfernas 2016.
Berikut petikan wawancaranya: 
Kami dengar JAKER akan menyelenggarakan Konfernas 2016. Kapan dan di mana pelaksanaan Konfernas 2016 tersebut ?
Iya benar. JAKER akan melaksanakan Konferensi Nasional. Rencana akan dilaksanakan pada akhir bulan Agustus 2016, bertempat di Jakarta.
Bisakah dijelaskan, apa tema yang akan diangkat oleh JAKER dalam Konfernas 2016 nanti? Mengapa tema tersebut yang diangkat?
Konfernas JAKER ini akan mengusung tema “Memperkuat Kebudayaan Nasional Menangkan TRISAKTI”. Pemilihan tema ini sendiri setelah melalui diskusi yang panjang diantara pengurus pusat JAKER saat memutuskan untuk melaksanakan Konfernas. Kenapa tema ini yang dipilih, Kami melihat bahwa saat ini kebudayaan nasional masih sangat lemah sehingga kita sebagai bangsa seperti tidak memiliki jati diri yang jelas. Oleh karena itu kami ingin mengajak kepada seluruh elemen bangsa terutama para budayawan nya untuk bersama sama memperkuat kebudayaan nasional kita, dalam artian kita mempertegas kembali apa yang menjadi budaya nasional kita dan kemudian kita akan menggunakan kebudayaan nasional itu untuk memenangkan cita cita TRISAKTI.
Apakah Konfernas 2016 ini akan menghadirkan tokoh nasional? Siapa dan daerah mana saja yang akan terlibat?
Ya. Dalam Konfernas kali ini JAKER telah membuat daftar beberapa tokoh nasional yang akan di undang untuk ikut hadir dalam Konfernas. Dan kami juga telah menyampaikan kepada kawan kawan di daerah untuk melakukan pertemuan dan diskusi dengan para tokoh dan budayawan di daerah masing masing. Dan selanjutnya kami berharap tokoh daerah juga akan ikut dalam Konfernas JAKER kali ini.
Menurut  Anda, apakah bangsa Indonesia sudah berkepribadian dalam budaya sebagaimana yang sering didengungkan oleh Sukarno dalam trisakti?
Sebenarnya kita sudah memiliki kepribadian dalam budaya. Dan seharusnya kita tidak malu untuk menunjukkan budaya kita tersebut. Namun saat ini  sepertinya budaya kita sudah tergerus oleh budaya luar yang begitu kuatnya masuk ke Negeri kita. Sehingga kita seperti tidak memiliki akar budaya lagi. Inilah yang harus kita lakukan, kembali mempertegas jati diri kita, budaya kita, dan bersama sama kita harus memperkuatnya agar kita mampu memenangkan peretarungan dengan budaya luar yang begitu massif masuk sampai ke pelosok desa.
Bagaimana implementasi berkepribadian dalam budaya menurut Anda?
 Itu dia, saat ini lebih banyak diantara kita yang saat ini justru enggan untuk mengimplementasikan kepribadian kita sendiri, kita hanya ikut budaya luar. Membebek bahasa kerennya. Sehingga seringkali kita seperti tidak memiliki kepribadian dalam budaya. Padahal sebenarnya budaya kita cukup kuat untuk mengangkat kepribadian bangsa dimata dunia Internasional.
Sejauh ini apakah Anda melihat bahwa Pemerintahan Jokowi – JK sudah memprioritaskan kebudayaan dalam program Nawacitanya? 
Dalam tataran Program dari pemerintah Jokowi – JK jelas bahwa kebudayaan merupakan prioritas untuk dilaksanakan sebagai modal dalam memperbaiki kinerja pemerintahan dan juga memperbaiki perilaku masyarakat dan juga kepribadian kita. Revolusi Mental adalah salah satu bentuk prioritas perbaikan budaya kerja di pemerintahan Jokowi – JK dan prilaku masyarakat, namun pelaksanaannya saya melihat masih belum maksimal.
Apa harapan JAKER pada Pemerintahan Jokowi –JK untuk program kebudayaan nasional kita?
JAKER berharap pemerintahan Jokowi – JK kedepannya akan lebih serius lagi dalam pelaksanaan Revolusi Mental yang selama ini di kampanyekan. Sehingga program program kebudayaan kedepan akan membawa Indonesia menjadi lebih baik dimata Internasional. Pemerintah Jokowi – JK harus mampu menemukan akar persoalan yang membuat kebudayaan kita menjadi lemah dan mampu merumuskan strategi yang tepat untuk bisa mengangkat kebudayaan nasional.
Kembali pada Konfernas 2016, apa target yang ingin JAKER capai dalam Konfernas 2016 nanti?
Sesuai tema yang kami usung dalam Konfernas ini, maka target yang ingin di capai adalah kami bisa menemukan strategi yang tepat untuk Memperkuat Kebudayaan Nasional. Strategi kebudayaan inilah yang akan menjadi alat bagi JAKER nantinya untuk bisa menyatukan seniman dan budayawan dalam satu langkah memperkuat kebudayaan nasional. Sehingga kita bisa merumuskan bersama problem pokok dalam kebudayaan kita dan bagaimana problem tersebut mampu kita selesaikan dan menghasilkan masyarakat Indonesia yang Berkepribadian dalam Budaya.

Roso Suroso: Memperkuat Kebudayaan Nasional Untuk Memenangkan Trisakti

Bagaimana jalannya Republik di era Demokrasi Terpimpin, yaitu antara keluarnya Manifesto Politik (5 Juli 1959) hingga naiknya rezim Soeharto (11 Maret 1967)?

Sejauh ini, sebagian kita—terutama saya–belum punya gambaran lengkap mengenai era tersebut. Bahkan, saking kurangnya pengertian dan pemahaman utuh mengenai era tersebut, demokrasi terpimpin kerap diartikan salah sebagai era totaliter.

Tetapi jangan khawatir. Baru-baru ini penerbit Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (Jaker) sudah menerbitkan buku Kronik Abad Demokrasi Terpimpin. Buku setebal 671 halaman itu mencatat berbagai kejadian politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang terjadi sepanjang 5 Juli 1959 hingga 11 Maret 1967.

Penyusun Kronik Abad Demokrasi Terpimpin adalah Koesalah Soebagyo Toer. Kita tahu, dalam urusan menyusun Kronik, Koesalah sangat berpengalaman. Bersama dengan Pramoedya Ananta Toer dan Ediati Kamil, dia menyusun lima jilid Kronik Revolusi Indonesia: Jilid I (1945), Jilid II (1946), Jilid III (1947), Jilid IV (1948), dan Jilid V (1949).

Menurut Koesalah dalam pengantar buku ini, demokrasi terpimpin (guided democracy) adalah jenis demokrasi yang dimaksudkan oleh Bung Karno untuk menggantikan demokrasi liberal Barat yang tidak sesuai dengan kepribadian dan masyarakat Indonesia.

Bung Karno sendiri sering menyindir demokrasi liberal barat sebagai demokrasi “setengah tambah satu” atau demokrasi de half plus een. Sebagai antitesanya, Bung Karno mengajukan demokrasi yang berbasis pada kepribadian bangsa Indonesia, yakni demokrasi musyawarah dan mufakat.

Selain itu, kata Koesalah, gagasan Demokrasi Terpimpin muncul setelah Bung Karno terkesan dengan sistem komunis usai berkunjung ke Uni Soviet dan Republik Rakyat Tiongkok pada bulan Mei 1956.

“Menurut Bung Karno, hanya dengan jalan yang ditempuh oleh kedua negeri itulah cita-cita masyarakat adil dan makmur dapat diwujudkan,” jelas Koesalah.

Kemudian, pada peringatan HUT Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1957, Bung Karno mulai memunculkan gagasan itu kepada khalayak. Pidato itu kemudian dinamai Satu Tahun Ketentuan (A Year of Decision).

Dalam pidato itu Bung Karno antara lain bilang:

“Berilah bangsa kita satu demokrasi yang tidak liar. Berilah bangsa kita satu demokrasi gotong-royong yang tidak jégal-jégalan. Berilah bangsa kita satu demokrasi “met leiderschap” ke arah keadilan sosial. Berilah bangsa kita satu demokrasi terpimpin. Sebab demokrasi yang membiarkan seribu macam tujuan bagi golongan atau perseorangan, akan menenggelamkan kepentingan Nasional dalam arusnya malapetaka!”

Penerbit Jaker berharap, buku ini bisa memberikan gambaran detail kepada generasi sekarang day to day tentang jalannya Demokrasi Terpimpin Bung Karno hingga pembalikannya yang dilakukan Jendral Soeharto.

“Buku ini layak dibaca siapa saja yang mencintai negeri ini agar melihat bagaimana proses perubahan itu terjadi..terlebih dengan situasi politik hari ini..yang mulai jenuh dengan suasana demokrasi liberal, keterpurukan bangsa di berbagai bidang hingga menguatnya kembali politik Trisakti Bung Karno,” ujar Antun Joko Susmana dari Penerbit Jaker, Sabtu (30/1/2016).

Dia juga berharap, generasi sekarang bisa belajar dari proses demokrasi terpimpin bung karno hingga diinterupsi Orde Baru agar tak jatuh ke lubang yang sama dalam membangun dan meneruskan cita-cita proklamasi 1945, yaitu menuju masyarakat adil dan makmur.

Sumber Artikel: Berdikari Online

JAKER Terbitkan Buku 'Kronik Abad Demokrasi Terpimpin'


Bengkulu Tempo dulu yang dikemas dalam acara Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Bengkulu ke-297 nanti mendapat sambutan hangat dari masyarakat.

Diantaranya datang dari Ketua Badan Musyawarah Adat (BMA) Kota Bengkulu S. Effendi. Dia berharap, konsep acara Bengkulu Tempo Dulu harus melibatkan seluruh kalangan masyarakat, termasuk kalangan anak-anak.

Dunia anak sangat identik dengan permainan, karena itu, lanjutnya pihak panitia HUT Kota harus memberikan sebuah wadah.

“Sangat banyak permainan anak-anak tempo dulu yang ada di Kota Bengkulu, seperti Lompat kodok, gasing, congklak, main yeye, gelabur dan antu tinggi. Jadi bukan hanya orang tua dan dewasa saja yang terlibat di sana, anak-anakpun harus dilibatkan,” tegas Effendi.

Tambahnya, anak-anak sekolah dari tingkat PAUD, TK ataupun SD bisa dilibatkan dalam permainan tradisional itu.

Jika sebelumnya dirancang komunitas sepeda ontel, Effendipun mengusulkan supaya dilibatkan pula kalangan dari komunitas sepeda motor dan mobil tua.

“Kalau memang mau, saya siap untuk menginventarisir kawan-kawan yang memiliki motor dan mobil tua, seperti VW,” ujarnya.

Pada rapat persiapan acara HUT Kota Bengkulu Jumat, 29/01/2016, selaku Ketua BMA Kota Effendi diundang oleh Pemkot. Namun, pada saat bersamaan beliau sedang berada di luar kota, sehingga tidak dapat hadir. “Undangan rapat ada, tapi waktu itu saya ada urusan di luar kota,” pungkas Effendi.

Sumber Artikel: Pedoman Bengkulu

Permainan Bengkulu Tempo Dulu


Di penghujung senja ku hisap angan
Bersama angin lembut pegunungan
Diantara belukar pinggiran kota
Mengenang hari hari yang tersisa

Dingin malam menusuk tulang
Sesaat berpaling pada khayalan
Mencari kesempurnaan hidup mencerna kisah semalam

Hariku berlaku tanpa batas
Mengungkap cakrawala dalam impian
Iringan angin menghantar pesan
Tentang rakyat yang tak pernah diam
Mencampur cinta dan amarah
Dalam amuk gelombang kekuasaan

Kemarin masih dapat kita berjumpa
Dengan mimpi yang menggoda
Tentang kekuasaan yang menyejukkan
Beriringan pemimpin yanng berjiwa

Melindungi rakyat dari ketamakan
Membasuh luka yang telah
menganga
Menyirami dengan kebijakan dann keadilan
Melepaskan belenggu yang mengekang langkah
Menyingkirkan beban derita

#
Di penghujung senja ku hisap angan
Bersama angin lembut pegunungan
Diantara belukar pinghiran kota
Dilingkup awan menyambut malam

Kemarin masih bisa kita tertawa
Ditumpukan janji para pendusta
Saatvmemilih pemimpin bangsa
Serta wakil rakyat di kursi dewan

Dalam kemeriahan pemilu raya
Kita turut menjarah uang negara
Meraup keuntungan sesaat tanpa rasa berdosa
Menerima rupiah dari kantung peserta
Yang dibagikan menjelang pesta

Kemarin masih dapat kita berjalan
Ditengah gemuruh berjuta pilihan
Janji terpampang sepanjang jalan
Menyuguhkan muslihat dan kebohongan

#
Di penghujung senja ku hisap angan
Bersama angin lembut pegunungan
Diantara belukar pinggiran kota
Memandang batas kegelapan

Mari coba kita renungkan
Laku diri yang pernah dilakukan
Dalam menghantar tahun berjalan
Menuju perubahan dan peradaban


Roso Suroso
Ciwidey, 19 Desember 2015

Di Penghujung Senja


“Ini panggung bersama, siapapun boleh tampil di sini untuk mengekspresikan kar-karyanya,” begitulah sambutan Ketua Umum Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (Jaker), Tejo Priyono, saat membuka Reboan Jaker, Rabu (6/1/2015).

Menurut Tejo, sebagai organisasi kebudayaan Rakyat, Jaker memang terus menciptakan panggung seluas-luasnya demi lahirnya seniman-seniman kerakyatan.

Seperti pada Reboan Jaker kali ini, berbagai kelompok seni atau grup musik tampil mementaskan karya-karya mereka. Ada yang berpuisi, musikalisasi puisi, hingga menyanyikan lagu-lagu rock.

Diawali dengan penampilan Yose dan Taman Idris dari Rebelism Project. Mereka menyanyikan lagu-lagu dari grup rock kenamaan, Boomerang, seperti fajar pagi. Ada juga penampilan The Hook dan The Circle yang membawakan lagu-lagu ciptaan mereka sendiri.

Selain musik, seniman-seniman muda dari Kedai Rumput Hijau membacakan puisi-puisi mereka. Ada Eka Wahyu Pertiwi dan Sentra Arga. Keduanya membacakan puisi-puisi bertema lingkungan dan keserakahan manusia. Beberapa seniman dari Jaker, seperti Tari Adinda, Henri Kurniawan, dan Untung Sarwono, juga tampil membacakan puisi.

Di penghujung acara, kelompok Benang Merah tampil membawakan lagu-lagu John Lennon dan The Beatles. Mereka menyanyikan Imagine dan Love Me Do Juga menyanyikan lagu Darah Juang karya John Tobing. Terakhir mereka membawakan musikalisasi puisi.



Sumber Artikel: Berdikari Online

Dari Puisi Melow hingga Musik Cadas


Anda pernah mendengar pertunjukan drama “metateater”?

Sabtu (19/12/2015) malam, Sabtu (19/12/2015) malam, bertempat di Markas Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (Jaker) di jalan Sawo Kecik Raya No 2A, Bukit Duri, Jakarta Selatan, Suharyoto Sastrosuwignyo menampilkan metateater.

Berbeda dengan teater pada umumnya, metateater tidak dikurung oleh bentuk panggung formal. Panggungnya adalah alam raya. “Panggung teater saya di mana saja. Di jalanan, angkringan, kampung-kampung, di tengah aksi demostrasi, dan dimana saja. Setiap tempat di alam raya ini adalah panggung,” jelas pria yag akrab disapa Aryo.

Metateater juga tidak terpaku oleh naskah. Begitu juga alur cerita. Semua bisa muncul secara spontan. Aryo menyebutnya sebagai ilham. Seperti malam itu, tiba-tiba saja di menemukan tema sajak berjudul Indomie Telur, setelah nongkrong dan makan Indomie di warung dekat kantor Jaker.

Tidak hanya itu, pertunjukan teater ala Aryo ini juga minim kata-kata. Kadang-kadang hanya gerakan mulut tanpa suara. Kadang hanya dengan gerakan tubuh. Kadang juga dengan lirikan, ekspresi wajah, teriakan, dan lain sebagainya.

“Kadang-kadang sesuatu itu sudah tidak bisa diucapkan dengan kata-kata. Itulah metateater,” ujar pria kelahiran Jogjakarta, 6 Oktober 1967 ini.

Yang menarik, dalam metateater ala Aryo ini, para penonton juga dilibatkan sebagai pemain. “Pernah saya bermain dengan orang gila. Tetapi orang tidak tahu kalau orang itu gila,” tuturnya.

Malam itu, aktivis kebudayaan asal Pekanbaru, Riau itu membacakan dua sajaknya: Orang-Orang Makan Asap dan Indomie Telur. Sajak Orang-Orang Makan Asap mengkritik pedas bencana kabut asap akibat kebakaran hutan di wilayah Sumatera dan Kalimantan.

Orang-orang makan asap/ Anak-anak kecil makan asap/ Gadis-gadis yang baru pertama jatuh cinta pada negerinya makan asap/ Pemuda makan asap/ Orang-orang yang bekerja memembus kabut, menembus asap/ para pemulung makan asap/ pedagang kaki lima makan asap/ polisi di jalanan makan asap/ Orang-orang makan asap/ Orang-orang dimakan asap

Sajak-sajak Aryo memang berbau kritik sosial. Ini tidak terlepas dari aktivitasnya sebagai manusia pergerakan. Selain berkecimpung di Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (Jaker), Aryo juga adalah aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD).

Aryo sendiri mulai berkesenian sejak 1986. Saat itu dia mulai menulis cerpen, cerbung, dan lakon drama. Sebagai seniman cum aktivis pergerakan, Aryo kerap tampil di tengah-tengah aksi protes. Seperti baru-baru ini, ketika ia mementaskan metatetaer untuk menggugat kabut asap yang menyelimuti Indonesia.

Di acara itu, Aryo juga mementaskan metateater berjudul “Riau Punya Cerita”. Di selingi dengan hujan deras yang mengguyur Ibukota malam itu. “Karena malam ini ada kawan-kawan lain juga yang akan tampil, jadi metateater ini saya ambil singkat saja,” ujar Aryo.

Dalam acara tersebut, ada juga pembacaan sajak oleh AJ Susmana, Medi Muamar, Tari Adinda, Tora Kundera, dan Robiantoro Hulopi. Juga penampilan Denix Felle membawakan mop Papua (cerita lucu ala Papua) yang mengocok perut hadirin. Juga diiringi lagu-lagu perjuangan oleh Irfan, Rebel, dan Jack-Lubis.

Sumber Artikel: Berdikari Online

Setiap Tempat Adalah Panggung, dan.....

 
JAKER © 2015 - Thanks to Tedi CHO