JAKER Terbitkan Buku 'Kronik Abad Demokrasi Terpimpin'

Bagaimana jalannya Republik di era Demokrasi Terpimpin, yaitu antara keluarnya Manifesto Politik (5 Juli 1959) hingga naiknya rezim Soeharto (11 Maret 1967)?

Sejauh ini, sebagian kita—terutama saya–belum punya gambaran lengkap mengenai era tersebut. Bahkan, saking kurangnya pengertian dan pemahaman utuh mengenai era tersebut, demokrasi terpimpin kerap diartikan salah sebagai era totaliter.

Tetapi jangan khawatir. Baru-baru ini penerbit Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (Jaker) sudah menerbitkan buku Kronik Abad Demokrasi Terpimpin. Buku setebal 671 halaman itu mencatat berbagai kejadian politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang terjadi sepanjang 5 Juli 1959 hingga 11 Maret 1967.

Penyusun Kronik Abad Demokrasi Terpimpin adalah Koesalah Soebagyo Toer. Kita tahu, dalam urusan menyusun Kronik, Koesalah sangat berpengalaman. Bersama dengan Pramoedya Ananta Toer dan Ediati Kamil, dia menyusun lima jilid Kronik Revolusi Indonesia: Jilid I (1945), Jilid II (1946), Jilid III (1947), Jilid IV (1948), dan Jilid V (1949).

Menurut Koesalah dalam pengantar buku ini, demokrasi terpimpin (guided democracy) adalah jenis demokrasi yang dimaksudkan oleh Bung Karno untuk menggantikan demokrasi liberal Barat yang tidak sesuai dengan kepribadian dan masyarakat Indonesia.

Bung Karno sendiri sering menyindir demokrasi liberal barat sebagai demokrasi “setengah tambah satu” atau demokrasi de half plus een. Sebagai antitesanya, Bung Karno mengajukan demokrasi yang berbasis pada kepribadian bangsa Indonesia, yakni demokrasi musyawarah dan mufakat.

Selain itu, kata Koesalah, gagasan Demokrasi Terpimpin muncul setelah Bung Karno terkesan dengan sistem komunis usai berkunjung ke Uni Soviet dan Republik Rakyat Tiongkok pada bulan Mei 1956.

“Menurut Bung Karno, hanya dengan jalan yang ditempuh oleh kedua negeri itulah cita-cita masyarakat adil dan makmur dapat diwujudkan,” jelas Koesalah.

Kemudian, pada peringatan HUT Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1957, Bung Karno mulai memunculkan gagasan itu kepada khalayak. Pidato itu kemudian dinamai Satu Tahun Ketentuan (A Year of Decision).

Dalam pidato itu Bung Karno antara lain bilang:

“Berilah bangsa kita satu demokrasi yang tidak liar. Berilah bangsa kita satu demokrasi gotong-royong yang tidak jégal-jégalan. Berilah bangsa kita satu demokrasi “met leiderschap” ke arah keadilan sosial. Berilah bangsa kita satu demokrasi terpimpin. Sebab demokrasi yang membiarkan seribu macam tujuan bagi golongan atau perseorangan, akan menenggelamkan kepentingan Nasional dalam arusnya malapetaka!”

Penerbit Jaker berharap, buku ini bisa memberikan gambaran detail kepada generasi sekarang day to day tentang jalannya Demokrasi Terpimpin Bung Karno hingga pembalikannya yang dilakukan Jendral Soeharto.

“Buku ini layak dibaca siapa saja yang mencintai negeri ini agar melihat bagaimana proses perubahan itu terjadi..terlebih dengan situasi politik hari ini..yang mulai jenuh dengan suasana demokrasi liberal, keterpurukan bangsa di berbagai bidang hingga menguatnya kembali politik Trisakti Bung Karno,” ujar Antun Joko Susmana dari Penerbit Jaker, Sabtu (30/1/2016).

Dia juga berharap, generasi sekarang bisa belajar dari proses demokrasi terpimpin bung karno hingga diinterupsi Orde Baru agar tak jatuh ke lubang yang sama dalam membangun dan meneruskan cita-cita proklamasi 1945, yaitu menuju masyarakat adil dan makmur.

Sumber Artikel: Berdikari Online

About the Author

Unknown

Author & Editor

Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat

 
JAKER © 2015 - Thanks to Tedi CHO